Sunday 8 January 2012

Menunggu Matahari Tenggelam



Legam lenganmu terbakar terik matahari…
Engkau taburkan lingkaran jala demi anak anakmu…
serasa tak ada lelah yang menghampiri..
Kehidupan engkau jawab dengan semangatmu

legam tubuhmu terbakar terik matahari…
Engkau taburkan sejuta mimpi demi anak anakmu…
serasa gelombang menjadi nafasmu…
Dan gemerincing air hujan adalah keringatmu

Ayah..
ayahku yang tersayang…kini menjadi kenangan…
usai sudah peranmu dalam kehidupan
tinggalkan doa doa yang tersimpan di saku…dan
Semangat jiwamu tetap tertanam di hatiku

Ayah…
ayahku yang tercinta…
kini telah menjadi lamunan…
kemanakah rindu ini akan aku tambatkan..?
Apakah pada perahu tua dan jala yang masih tersimpan…
apakah pada kerikil pantai yang terhampar…
ataukah pada lautan yang luas membentang..?

Ayah…
hari ini anakmu telah datang…seperti dulu masih menunggu matahari tenggelam…mengharap engkau pulang dengan seikat ikan
Dan menambatkan tali yang panjang pada tiang…

Ayah…
hari ini anakmu telah kembali…
seperti dulu masih menggambarmu di sepanjang pasir pantai..
mengharap engkau pulang dengan senyum kemenangan…dan menundukkan matahari yang pulang jauh ke awan…

Ayah…
hari ini aku telah datang…untuk ku persembahkan kepada dirimu…
setelan jas hitam dan sepatu yang termahal…
agar ku lihat dirimu lebih tampan dalam bingkai gambar lukisan…

Di depan pintu gubuk bambu ibuku menunggu
nampaknya kini hanya matahari yang tenggelam
membawa semua warna senja yang temaram
tak ada lagi senyum kemenangan yang ku pandang

aku berdiri memandang lautan…
ku hentakkan batu jauh ke tengah samudera…
"ya Allah terimalah ayahku dan senyumannya… ”
harapanku dari relung hati yang paling dalam.

Karya : Rasull abidin, 06 Jan 2012
Sukolilo Timur.

Puisi ini bersumber dari : http://www.gudangpuisi.com/2012/01/menunggu-matahari-tenggelam.html#ixzz1irOCUOdo
Blogger yang beretika selalu menampilkan sumbernya.

No comments:

Post a Comment